T E V A Z U

A journal of life and modest style.

99 Cahaya Di Langit Eropa

By December 09, 2013

Saya nggak pernah tahu siapa itu Hanum Rais. Dan saya juga nggak pernah tahu tentang apa itu buku 99 Cahaya Di Langit Eropa. Alhamdulillah akhirnya saya tahu kedua hal itu dari Raline Shah dan teman saya Dian Pelangi.
Beberapa bulan lalu saya dan teman-teman blogger lainnya berkesempatan bertemu dan ngobrol bersama Raline. Yang saya ingat dari pertemuan itu adalah Raline akan berangkat ke Eropa untuk shooting film sebagai orang Turki dan berkerudung. Sebagai Muslim dan berkerudung, tentu saya penasaran film apa yang dimaksud. Tak lama, teman saya Dian sharing kalau ia diajak main film 99 Langit Di Cahaya Eropa dan segera menyusul Raline kesana. Sejak saat itu saya berusaha mencari tahu sinopsis tentang buku itu.
Sampailah kepada trailer film-nya yang membuat saya semakin penasaran.

Gagal nonton di hari pertama, akhirnya kemarin malam di hari ketiga pemutaran, saya berhasil nonton. Disuguhi pemandangan benua biru membuat awal film ini begitu indah. Acha Septriasa adalah visualisasi terbaik untuk menggambarkan bagaimana seorang Hanum Rais. Dan Raline sebagai Fatma begitu luar biasa. Saya yakin bukan hanya Hanum yang terinspirasi dari seorang Fatma (Raline) Pasha, tapi juga seluruh penonton film ini. Dari Fatma lah kecintaan dan rasa syukur saya begitu dalam atas nikmat iman Islam yang sudah saya miliki sejak lahir.

"Dengan jilbab ini, saya ingin jadi agen muslim yang baik", begitu penggalan kalimat Fatma yang membekas di dada saya. Sambil memegang jilbab saya, saya langsung janji dalam hati bahwa saya ingin jadi agen muslim yang baik.Yang tentu berusaha sebisa mungkin menyeimbangkan Hablumminallah dan Hablumminannaas. In shaa Allah.

"Islam bukan sekedar agama, tapi juga amanah", ujar Marion seorang mualaf yang tinggal di Paris. Ya, saya harus menjadi Muslim yang amanah. Amanah membawa nama baik agama yang saya cinta ini.

"Tidak ada negosiasi untuk ibadah saya", ucap Khan ketika dihadapkan pilihan bersama Rangga untuk ujian semester atau melakukan shalat Jum'at. Ucapan Khan tersebut membuat saya teringat akan suami saya yang ketika Idul Adha kemarin beliau harus meninggalkan kelasnya demi shalat Ied. 

Ditemukannya lafadz Laa illaha illallah dalam pinggiran kerudung Bunda Maria dan beberapa tembikar di museum Louvre membuat saya merinding. Dan yang lebih menarik adalah di luar museum tersohor sedunia itu, jejak Islam juga bertapak. Tak lain pada desain lanskap kota Paris itu sendiri. Koridor jalan Champ D Elysees hingga ke Triomphe de l Etoile, berisi berbagai bangunan bersejarah dan penting yang di bangun oleh Napoleon Bonaparte. Di ruas ini disebut dengan Voie Triomphale atau jalan menuju kemenangan, yang jika ditarik garis imajiner yang lurus, justru mengarah ke Ka'bah. Masha Allah menurut saya itu bukan kebetulan. Maha besar Allah dengan segala ciptaan-Nya.

Film ini membuat saya latah ingin menjelajahi peradaban Islam di Eropa. Tahun depan in shaa Allah saya menyusul suami ke Jerman. Mulai sekarang, saya ingin jadi muslim yang amanah terhadap agama saya. Saya ingin jadi agen muslim yang baik dan benar di Indonesia. Saya ingin jadi agen muslim yang baik dan benar di Jerman nanti. Karna baik belum tentu benar. Dan benar in shaa Allah baik. Aamiin.

Terima kasih Mbak Hanum dan Mas Rangga atas cerita penuh pesan moral ini. Saya dan penonton lainnya sangat menunggu Part 2 film ini. In shaa Allah saya berani hidup menjadi kaum minoritas nanti. Semoga review saya ini sampai ke kalian. 

You Might Also Like

6 comments

  1. yes its perfect film that i have wacth, dan mungkin sebagian orang agada yang berfikir menarik buat tau dan mempelajari peradaban islam, tapi ternyata subhanallah film ini seperti rehidayah buat aku. ka uti,, ijin repost ya di note aku. makasii ka.

    ReplyDelete
  2. gak ada yg menarik dari film ini....kalo sejarah islam di eropa banyak buku ber cerita ttg ini apalagi di acara2 tv yg membahas ttg islam di tran 7.......paling yg menarik(bagi sy) adalah pemandangan di kota2 eropa krn sy blum pernah ke eropa.tp setelah nonton film ini sewaktu2 sy pengen ke eropa unt jalan2 (itu kalo ada sponsornya).....walaupun begitu sy gk nyesel nonton filmnya walaupun sy keluar uang hitung2 buat amal....di part 2 pun nantinya sy tetep akan nonton karena sy penasaran dng kota2 cardovanya dan sekali lagi hitung2 ber amal...cuma bayar 40.000 in..untuk 4 orang (istri dan 2 anak) jadi 160 rb.....

    ReplyDelete
  3. filmnya keren dan membangkit keimanan

    ReplyDelete
  4. keren banget, gak nonton nyesel dah

    ReplyDelete
  5. bikin aq berpikir...
    selama ini banyak yg aq lupakan ..

    ReplyDelete