T E V A Z U

A journal of life and modest style.

I left my heart in Istanbul

By January 29, 2015

Kira-kira begitulah judul yang tepat untuk menggambarkan perasaan saya saat ini. Ya, Turki begitu melekat di hati saya. Dua minggu lalu saya ke Turki selama satu bulan. Kok lama banget ? Engga kok, justru sebentar dari setahun lebih saya berpisah dari suami yang menetap di Jerman. Kalau saja masa visa turis di Turki berlaku tiga bulan seperti Maroko, kami juga dengan senang hati tinggal di Turki selama itu.

Setiap tahun harapan saya masih sama, yaitu mendapatkan visa untuk berkumpul dengan suami saya. Tiga minggu setelah menikah, Mas Ezza kembali ke Hannover melanjutkan studinya. Dan dari saat itu sampai ke saat-saat suami saya ingin sidang thesis, saya tetap berjuang dengan visa saya. Besar sekali keinginan saya untuk menemani Mas sidang, melihat pencapaian beliau. Tapi Allah belum kasih kesempatan itu untuk saya.

Dua kali sudah visa saya ditolak oleh pihak kedutaan. Entah apa yang membuat saya begitu susah memasuki negara itu. Nggak mudah menerima keputusan kedutaan dengan kondisi yang kurang mendukung. Saya memang masih menjadi pribadi yang kadang suka mengeluh, suka iri kalau melihat teman-teman bisa mengurus suaminya langsung (bukan via skype/viber/whatsapp), suka iri kalau lagi sakit bisa ditemani suami, juga suka sakit hati kalau ada yang mudah menghakimi saya sebagai istri yang tidak bertanggung jawab. Tapi kalau melihat hal-hal itu saja, saya nggak bisa berkembang. Saya akan jadi punya banyak penyakit hati. Dan itu nggak boleh!

Dari sekian banyak keluhan yang saya sebutkan tadi, yang paling menyesakkan dada adalah saat dimana orang lain dengan mudahnya mengatakan saya bukan istri yang bertanggung jawab karena nggak mau susul suami. Mereka beranggapan bahwa saya gila kerja hingga nggak mau meninggalkan pekerjaan saya demi suami. Apalagi yang mengatakan itu juga bukan stranger melainkan orang-orang yang ada di lingkungan kami. Sakit sekali sampai saya pernah jatuh sakit. Aneh rasanya kenapa mereka mudah mengatakan itu padahal hubungan saya dan mereka juga tidak terlalu dekat. Tidak pernah ngobrol ataupun cerita-cerita masalah pribadi. Saya bahkan juga interospeksi apa sih salah saya sampai mereka pedas sekali ketika mengatakan itu. And I've got nothing! Ya itu, karena saya tidak berhubungan dekat dengan mereka.

Dibalik kesakitan itu semua, saya juga bersyukur bahwa saya sudah menikah dengan laki-laki yang shalih, sudah menikah dengan laki-laki yang sayang dengan orangtua saya, sudah menikah dengan laki-laki yang bertanggung jawab akan dirinya ketika merantau (jadi pasti akan bertanggung jawab terhadap diri saya dan pernikahan kami), sudah menikah dengan laki-laki yang mau menerima segala kekurangan yang ada di dalam diri saya, sudah menikah dengan laki-laki yang selalu mendukung semua yang saya lakukan. Ah.. rasanya kalau mau menggambarkan Mas Ezza begitu menyenangkan! He's the answer from Allah alhamdulillah. And I'm blessed!

LDR menguatkan saya menjadi istri mandiri. Berat ya memang berat. Tapi kalau terus-terusan mengeluh rasanya hidup saya kok nggak berguna sekali. Saya bangkit. Berusaha berpikir positif bahwa inilah jihad saya sebagai istri. Justru inilah moment penghargaan saya terhadap diri saya. Saya tidak perlu menjadi pribadi pendendam. Juga tidak perlu menjelaskan kepada mereka apa-apa saja yang sudah saya alami hingga saya belum bisa menyusul suami. Seperti kutipan yang ramai dibicarakan di sosial media "Langit tak perlu menjelaskan bahwa dirinya tinggi. People know you're good if you're good". Yes, I'll prove the people that doubted me wrong. Tapi saya juga nggak berhenti untuk mendoakan mereka, semoga suatu saat silaturahim kita bisa kembali baik. In shaa Allah. Dan untuk para istri yang sudah berjuang bertahun-tahun demi visa juga, terima kasih. Terima kasih sekali sudah menginspirasi dan menguatkan saya bahwa it's just the matter of time and Allah knows what best for us.

Tidak bisa masuk Jerman atau Schengen bukan berarti tidak bisa bertemu untuk melepas kangen. Ada dua pilihan saat itu, Maroko dan Turki. Dua negara yang visanya mudah bahkan tidak perlu visa untuk memasuki negara tersebut. Seperti yang sudah disebutkan di awal paragraf bahwa Maroko bebas visa dengan lama tiga bulan, sedangkan Turki butuh e-visa dengan lama satu bulan. Maroko terlihat menyenangkan karena waktu yang lebih lama, tapi setelah googling, agak susah hidup di Afrika tanpa ada satupun yang kami kenal. Sudah mencari-cari kontak PPI Maroko, tapi sulit. Akhirnya pilihan jatuh ke Turki dan Istanbul kota yang paling pas untuk menetap.

Ketika bikin e-visa yang hanya 5 menit jadi, rasanya sebel. He he he. Schengen dramanya masha Allah banget sedangkan ini kok mudahnya masha Allah banget juga. Terus tiba-tiba juga dapat tiket promo serta discount untuk apartment. Aaah masha Allah nggak henti-hentinya ucap syukur. Allah memang Maha Membolak-balikkan Hati. Berbulan-bulan saya diuji lalu Allah kasih hadiah dengan segala kemudahan untuk ke Turki. Jadi ingat ketika Mas Ezza ingin ajak saya europe trip, saya bilang saya nggak mau. Saya cuma ingin mengurus Mas di rumah. Kalaupun jalan-jalan, saya hanya mau ke Turki. Negara yang banyak sejarah Islamnya. Dan mungkin itulah yang Allah kabulkan alhamdulillah.

Seminggu sebelum keberangkatan rasanya deg-degan sekali. He he he. Serasa pengantin baru lagi. Seperti apa ya suami saya sekarang. Lebih kurus atau gemuk yaa. Meskipun hampir tiap minggu skype, tapi tetap saja itu hanya layar dan pasti berbeda dengan bentuk asli. Mas Ezza pun juga selalu whatsapp "bentar lagi ketemu istri reeek". He he he.

Dan hari itu pun datang, 15 Desember 2014. Kami janjian di pintu imigrasi Ataturk Airport, Istanbul. Ketika saya keluar pesawat (belum sampai pintu imigrasi) kok serasa ada yang saya kenal di sebrang pintu saya. Seseorang yang sok-sok tutupi wajahnya pakai jaket. He he. Geli yah, kayak sinetron-sinetron. And then we met and hugged each other! "sayaaaaang.. kok kurusan.. kok gemukan ?!". He he he. Ya begitu deh norak-noraknya pasangan LDR kalau ketemu. Tapi ya itulah nikmatnya LDR.

Our first dish : RENDANG!

I made him a coat. Alhamdulillah he love it like… a lot! Yeay!
He knows how to make his wife happy. Wuhuuu oven! Let's baking together!

Best ice tea in the world! Husband and I always bought 5 litters of these for every 4 days. I wish they have their own factory or distributor here like Indomie at Instanbul. Huhu.

Our first selfie!

Gym at park.


I love his expression, but he don't. He he.



There's a sun light in front of Yeni Camii (mosque). Yeay! And yes, couple coat made by me! He he.

- 15 degrees at Uludag Mountain. 


At Gulhane Park.


No matter how expensive the pillow is,
it could never be as comfortable as your shoulder, Mas.
Ich hab dich lieb! :')


Tanpa sadar saya menulis ini sambil menangis bahagia. Well, semoga nggak ada yang beranggapan saya berlebihan. I'm just wondering.. Betapa kangennya saya dengan suami saya. Betapa luar biasanya Allah selalu memberikan apa yang saya butuhkan, bukan apa yang saya inginkan. Betapa luar biasanya dukungan Allah menguatkan saya bahwa saya harus tetap berjuang visa dan mengikhlaskan semua omongan miring itu. Semoga Allah tetapkan rasa syukur ini dalam hati saya untuk tidak mengeluh lagi. Karena sebanyak apapun rasa syukur yang sudah kita ucapkan, tidak akan mampu menandingi banyaknya nikmat yang sudah Allah berikan.

Hand by hand in our last day in Istanbul.

Sekarang saya sudah kembali ke Indonesia. Melanjutkan kembali pernikahan jarak jauh, menyibukkan diri dan mengurus orangtua. Trust and stay busy, that's my LDR tips. Don't stay at home like you don't have nothing to do guys. Open your mind that LDR is not the worst thing in life. I know.. Nobody said it was easy, but please just have fun with your family and friends, and you'll enjoy it. Life is too short to be unhappy. Just put our trust in Allah that there's always something to be thankful for instead of thinking about the distances. So, keep fighting for all LDR couples out there! :)

And oh Istanbul, please keep my heart tightly. I'll be back, in shaa Allah!



You Might Also Like

30 comments

  1. Utiee.. Semoga segera berkumpul for good yaa sama suami mu.. Seneng deh liat foto2nyaa,you look so happy :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Puut.. Aamiin.. Hehe keliatan banget ya happynya. Thank you for reading Mamalula! :)

      Delete
  2. aq dua hari langsung pisah uti, aq nya yg kejerman, sedih bgt visa kamu belum dikabulkan ya..
    mudah2an kita bisa segera berkumpul secepatnya ya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah kebalikannya. Aamiin. Terima kasih ya. :)

      Delete
  3. hihi Alhamdulillah... semangat kak Utii.. jangan nangis-nangis lagi ya cantiiik, nangis bahagia aja pokoknya :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin. Ukhti Puput, kenapa komen ukhti selalu ambigu sih ukh ? Kurangi :)) ya, ukh. Haha. Muah!

      Delete
  4. Yaaampun, aku yang ldr nya sering pisah beda kota aja kangennya membuncah, gimana beda negara gitu :( hebat ih utie, semoga disegerakan satu atap bareng2nya :')

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihi alhamdulillah masih beda kota yah, Cha. Jadi lebih mudah nyamperinnya. Aamiin, makasi ya mamabinar!

      Delete
  5. Wah Utie..barakallah ya sayang..
    Semoga Allah senantiasa meluaskan kesabaran Utie dan suami ya. Aamiin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Qorry.. Aamiin. Masha Allah alhamdulillah seneng ih didoain yang sholeha-sholeha gini. Semoga diijabah Allah SWT ya. Hehe. Kisses buat baby ya! :*

      Delete
  6. I feel you uthie. Aku aja yg 2taun beda kota aja udah mewek2 mulu kalo nganter ke bandara atau stasiun, apalagi yg beda negara. Ahhh,,,smoga lekas berkumpul ya, dan happily ever after :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe. Aamiin, terima kasih. Semoga segera 1 kota juga ya Mbak. :)

      Delete
  7. :")
    I am eighteenth don't know exactly about relationship between husband-wife.
    But this post utterly touched my heart.

    ReplyDelete
  8. Utie, alhamdulillah ya bisa temu kangen dengan suami walau cuma sebulan :') InsyaAllah rencanaNya yang paling baik. Omongan miring orang jangan didengerin, karena jaman sekarang manusia makin gampang kepo dan sok tau dengan kondisi orang lain >___<
    Salam kenal yaaaa,
    -Tia-

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal Tia.. Iya yah, makin banyak manusia spt itu. Didoakan saja ya orang-orang itu. Thank you anyway Tia. :)

      Delete
  9. Jadi terharu mbak dengar ceritanya,bahagia juga.Semoga bisa ttp istiqamah.You are the amazing wife ^_^9
    Doakan ya mbaaaaak,msh belum ketemu jodoh.hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Akupun masih jauh dari kata istri yang amazing Mbak. Doakan ya. Kudoakan juga semoga Allah segera mendekatkan Mbah dengan jodohnya. Aamiin. :)

      Delete
  10. Utieee pas baca rasanya pengen ikut nangis 😭 smg visanya segera beres dan bisa bareng2 yaaa, trus di titipin momongan yg lucu lucu dehh☺️

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ghaidaku sayaang.. Maaf baru balas. Makasih banyak ya Gda.. Aamiin2 yaa rabb. :*

      Delete
  11. Utieee terharu banget setelah baca blognya utie yang ini, dan mudah-mudahan utie sama suaminya segera tinggal bersama-sama dan langgeng dan segera di beri momongan (aminkan). Salam kenal :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin. Terima kasih yaa doanya. Salam kenal juga ya! :)

      Delete
  12. Baru pertama kali ini mampir di blognya Utie, pdhl udah follow IG nya sejak lama. Semoga kalian selalu kuat dan bisa ceoat berkumpul kembali ya. Aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Heyy.. Hehe. Aamiin. Terima kasih yaa doanya. :)

      Delete
  13. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  14. Nangis waktu bacanya mba uthie.. me too feel it. Beda kota aja berasa bgt nyeseknya klo uda hari senin soalnya kudu kerja. Banyak omingan miring jg mba kenapa ga kumpul sama suami dan kenapa belum diberi keturunan sampai kadang nangis dengernya. Ya kadang kesel sih, tp Allah yg Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Semoga semua doa dan usaha diijabah. Allahumma amin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Huhu.. Sedih banget ya Mbak rasanya. Kita doakan saja orang2 itu yah, semoga rejekinya diperluas dan hidupnya dimudahkan. Semangat Mbak! :)

      Delete
  15. Saya sudah lamaa bgt nggak buka dan baca2 blog, dan nemu tulisan yg kisahnya hampir mirip dg kisah pernikahan saya menjalani LDR dan ketemunya setahun sekali dengan suami, susah mengurus Visa, dan banyak sekali "peer pressure" yg kepo dengan kehidupan kita. Tapi tetep yakin bahwa dibalik kesusahan pasti ada kemudahan serta kegembiraan setelahnya. Semoga nanti bisa dipersatukan dengan suami dan menjalani rumah tangga yang penuh dengan keberkahan :). Amin!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Mbak Devi.. Wah, teman senasib seperjuangan. Hehe. Bismillah, tetap semangat ya Mbak.. In syaa Allah, Allah yang paling tahu kapan kita berangkat. Salam kenal Mbak. :)

      Delete
  16. isnpiratif sekali kisahnya,
    semoga Allah sennatiasa memberikan kemudahanNya Aamiin Ya Rabb

    ReplyDelete